Jumat, 24 Juni 2016

Motivasi dan tujuan penelitian serta telaah teoritis


Beberapa hal penitng yang patut diperhatikan oleh siapapun yang mengadakan penelitian. Hal-hal penitng itu diuraikan sebagai berikut.

Motivasi Penelitian

Penelitian selalu dimulai dengan adanya dorongan, baik yang berasal dari dalam diri maupun di luar diri si peneliti. Motivasi itu tidak lain keinginan seseorang atau sekelompok (tim) untuk mengetahui sesuatu melalui proses ilmiah. Jadi, keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan dasar dorongan untuk mengadakan penelitian. Kegiatan penelitian itu dimulai ketika seseorang atau sekelompok orang menaruh perhatian pada sesuatu yang ada (fakta) di sekitar lingkungan di mana manusia berada.
Perhatian seseorang atau sekelompok orang terhadap fakta-fakta yang diamati secara mendalam akan melahirkan berbagai pertanyaan. Keinginan mempertanyakan seseorang atau sekelompok orang yang mempertanyakan sesuatu yang menjadi perhatiannya akan diikuti oleh usaha untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam diri peneliti. Misalnya pengalaman sebuah perjuangan dalam artikel pengalaman sukses di GA. Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi suatu masalah yang memerlukan solusi atau jawaban (Siakan baca buku-buku metodologi)


Tujuan Penelitian

a. Untuk mendapat pengetahuan yang dapat menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah
b. Untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan

Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah prosedur atau cara-cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu (pengetahuan ilmiah). Tidak semua pengetahuan disebut ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang memiliki kriteria tertentu. Kriteria inilah yang membedakan tahu biasa dengan pengetahuan yang disebut ilmu. Pengetauhuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasa dan berpikir yang menjadi dasar seseorang dalam dalam bersikap dan bertindak. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang memberikan penjelasan mengenai fakta atau fenomena alam. 
 
Silakan baca buku Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:5

Kebenaran
a. Kebenaran iman
Berdosa dinyatakan benar di hadapan Allah

b. Kebenaran Yesus Kristus
Yesus Kristus adalah logi Allah. Logi Allah pasti tidak ada kesalahan didalamnya. Jadi, Yesus adalah kebenaran berarti Yesus sempurna, tidak ada kesalahan dalam diri-Nya. Yesus jujur

c. Kebenaran rasional

Kebenaran pikiran yang dikembangkan dari satu pikiran ke pikiran yang lain yang telah diakui benar. Artinyanya pengetahuan yang ada dalam diri seseorang tentang sesuatu hal bersesuaian dengan hasil pikiran terdahulu. Bila dihubungkan dengan penelitian maka kebenaran rasional itu ada dalam Bab II (Kajian Teori)

d. Kebenaran empiris

Kebenaran empirian adalah pengetahuan seseorang terhadap sesutu fakta sesuai dengan fakta yang terjadi di tempat penelitian atau di tempat di mana berlangsung sebuah atau beberapa peristiwa atau kejadian atau tokoh atau benda yang diamati dan dihasilkan dalam bentuk informasi dan informasi tersebut bersesuaian dengan fakta tersebut.

Pengetahuan yang benar

Pengetahuan yang benar merupakan kombinasi dari dua sisi kebenaran yaitu rasional dan empiris. Rasional artinya pengetahuan yang diperoleh didasarkan pada penalaran, sedangkan kebenaran empiris adalah menggunakan fakta atau fenomena empiris sebagai sumber kebenaran untuk menyusun pengetahuan. Kebenaran rasional selalu menggunakan pendekatan rasional. Pendekatan rasional selalu menyusun pengetahuan secara konsisten dan kumulatif berdasarkan pada pengetahuan-pengetahuan yang telah tersusun sebelumnya (ada dalam buku-buku). Artinya, suatu pengetahuan disusun berdasarkan pada penalaran yang konsisten dengan penalaran pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Adanya konsistensi penalaran antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah tersusun sebelumnya menunjukkan bahwa konstruksi pengetahuan baru merupakan pengembangan secara komulatif dari pengetahuan-pengetahuan yang telah disusun sebelumnya. Sedangkan empiris merupakan pendekatan untuk memperoleh pengetahuan yang memisahkan antara pengetahuan yang diperoleh berdasarkan fakta dengan pengetahuan yang tidak berdasarkan fakta. Pengetahuan yang benar menurut pendekatan empirisisme adalah pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta atau fenomena. Pengetahuan yang rasional tetapi tidak didukung oleh fakta, menurut pendekatan empirisisme bukan merupakan pengetahuan yang benar. Ibid dengan sumber di atas (2002:6)

Telaah Teoritis

Dalam penelitian ilmiah selalu ada yang disebut telaah teoritis. Telaah teoritis dapat pula disebut dengan beberapa istilah seperti: kajian teoritis, kerangka teoritis, atau landasan teoritis. Bagian ini biasanya dilakukan dalam Bab II. Dalam hal ini, telaah teoritis atau kajian teoritis/kerangka teoritis/landasan teoritis merupakan tahap dalam proses penelitian yang bertujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian. Agar penelitian menghasilkan jawaban yang dapat diterima sebagai sumber kebenaran, diperlukan teori-teori untuk menjelaskan fakta yang diteliti. Telaah teoritis merupakan bagian dari proses penelitian yang memberikan jawaban masalah penelitian secara rasional atau berdasarkan penalaran. Telaah teoritis merupakan tahap penelitian yang menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
Menurut Indriantoro dan Supomo, proses sebagaimana yang dikemukan di atas itu membutuhkan elaborasi oleh peneliti terhadap pengetahuan-pengetahuan teoritis yang relevan dengan masalah yang diteliti (masalah penelitian). Teori-teori yang ditelaah berasal dari literatur seperti buku-buku, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya (skripsi, tesis dan disertasi, penelitian mandiri dll). Telaah teoritis ini sering disebut telaah literatur atau literature review. Dalam konteks pemahaman ini, jawaban masalah atau pertanyaan penelitian dari proses telaah teoritis yang dilakukan peneliti merupakan dugaan-dugaan yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang disebut hipotesis yang perlu diuji. (Ibid dengan sumber di atas, 2002:10)

Semoga termotivasi untuk penelitian

Senin, 02 Mei 2016

Kajian Teori Pelayanan Bimbingan

Menurut Sutirna mengemukakan beberapa pengertian tentang bimbingan, yakni: (1) bimbingan adalah bantuan kepada individu dalam membuat suatu pilihan yang cerdas untuk mengatasi masalah dalam kehidupan yang dihadapi orang yang dibimbing. H. Sutirna. Kedua, bimbingan adalah bantuan pemecahan masalah seseorang, sehingga dapat membuat keputusan yang terbaik atau dengan kata lain dengan bimbingan diharapkan memperoleh sebuah solusi dan perencanaan yang tepat. Dalam hal ini pembimbing harus dapat memberikan gambaran tentang cara pandang yang salah untuk mempersiapkan masa yang akan datang. Ketiga, bimbingan adalah upaya untuk membuat setiap individu akrab dengan berbagai informasi tentang dirinya, kemampuannya, perkembangan dirinya sebelumnya diberbagai bidang kehidupan , dan rencana di masa depan. H. Prayitno dan Erman Amti.

 

Baca beberapa sumber:

H. Sutirna,2013:145

H. Prayitno dan Erman Amti , 2013:145


Ada yang menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri. Selanjutnya mengutip Tiedeman dalam Bernard dan Fulmer yaitu bimbingan adalah membantu seseorang agar menjadi berguna, tidak sekadar mengikti kegiatan yang berguna. 

Ssilakan baca:

H. Prayitno dan Erman Amti, 2013:94
 

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa bimbingan berarti bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang memerlukannya. Bimbingan tersebut diberikan kepada setiap orang, namun diprioritaskan kepada individu-individu yang membutuhkannya atau benar-benar harus dibantu. Bila dikatalan bahwa bimbingan adalah bantuan terarah dan tersruktur untuk menolong orang yang benar-benar membutuhkan maka bimbingan merupakan suatu proses yang bersifat kontinue, tidak hanya diberikan sewaktu-waktu saja, dan secara kebetulan, namun merupakan kegiatan yang terus-menerus, sistematis, terencana dan terarah pada tujuan. Bimbingan diberikan agar individu mengembangkan dirinya semaksimal mungkin, menyesuaikan diri secara harmonis dengan lingkungan. Bimbingan dapat diberikan, baik untuk menghindari kesulutan-kesulitan maupun untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya.
Bila dihubungkan dengan bimbingan pernikahan Kristen maka dalam gereja diperlukan adanya organisasi bimbingan dimana terdapat pembagian tugas, peranan, dan tanggungjawab yang tegas diantara para petugasnya. Selain itu adanya program yang jelas dan sistematis untuk melakaksanakan penelitian yang mendalam tentang diri murid-murid, melaksanakan penelitian tentang kesempatan yang ada, kesempatan bagi muris untuk mendapat bimbingan dan konseling secara teratur, adanya personil yang tarlatih untuk melaksanakan konseling, adanya fasilitas yang memadai, kerjasama yang sebaik-baiknya antara gereja (pendeta) dan keluarga. 

 

Selamat membaca

 

Riset Rumusan Standar Kompetensi Mata Kuliah

Penelitian tentang perumusan Standar Kompetensi Mata Kuliah
Berikut ini saya memposting salah satu penelitian tentang perumusan satndar kompetensi dalam mata kuliah Apologetika. Rumusan standar kompetensinya sebagai berikut: Mahaiswa mampu berpikir mendalam/radikal terhadap apologetika, khususnya apologetika Kristen serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai saksi Kristus di tengah masyarakat multicultural, khususnya dalam kompetisi “kreativitas” dan “inovasi” yang merupakan “roh” dari Masyarakat ekonomi Asean atau MEA 2016.


Dalam rumusan di atas ditopang dengan teori penjabaran tentang perubahan yang diharapkan dalam mata kuliah Apologetika atau Filsafat Apologetika. Perubahan yang diharapkan dalam Standar Kompetensi Mata Kuliah "Apologetika" sebagaimana dalam rumusan di atas. Penjabaran Perubahan yang diharapkan dari belajar mata kuliah Apologetika sesuai rumusan SK di atas, yakni agar mahasiswa setelah belajar Apologetika dalam waktu enam bulan menunjukkan perubahan dalam: Kognitif (perubahan pengetahuan): seperti perubahan dalam hal: mengetahui/menghafal/mengingat (knowledge); perubahan dalam pemahaman (comprehension), perubahan dalam penerapan (application), perubahan dalam analisis (analysis), perubahan dalam sintesis (syntesis), perubahan dalam penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) terhadap Apologetika yang dipelajarinya dalam kurun waktu satu (1) Semester atau enam (6) bulan. Afektif (Sikap). Perubahan ini berhubungan dengan sikap dan nilai dari para mahasiswa/yang mempelajari mata kuliah Apologetika. Perubahan ranah afektif dari pembelajar mata kuliah ini yakni mengalami perubahan watak perilaku seperti: perasaan terhadap mata kuliah apologetika, minat terhadap mata kuliah apologetika, sikap terhadap mata kuliah apologetika, emosi, dan nilai terhadap mata kuliah dan bagaimana mempengaruhi dalam keseluruhan ranah afektif dari peserta mata kuliah apologetika. Perubahan ini ditopang juga dengan perubahan kognitif. Artinya menurut pakar pendidikan yang menyatakan diperkirakan berubah apabila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi terhadap materi yang dipelajari. Jadi, perubahan afektif sebagai hasil belajar ditandai dengan ciri-ciri yakni hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Selanjutnya perubahan ranah afektif meliputi beberapa tingkatan, yaitu: perubahan dalam hal: Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan), Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”, Valuing (menilai atau menghargai), Organization (mengatur atau mengorganisasikan), Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai) Psikomotorik (Ketrampilan). Perubahan dalam ranah psikomotorik dari peserta didik yang mengikuti mata kuliah Apologetika yaitu mahasiswa mengalami perubahan dalam keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah mahasiswa mengikuti atau menerima pengalaman belajar mata kuliah Apologetika. Perubahan psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Perubahan dalam ranah psikomotor mahasiswa dalam mata kuliah Apologetika yakni perubahan yang berkorelasi dengan aktivitas fisik, yaitu kemampuan dalam melakukan Apologetika. Perubahan mahasiswa dalam keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung terhadap Apologetika, (2) sesudah mengikuti pembelajaran Apologetika, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan pelayanannya, seperti di Gereja dan Sekolah. Selanjutnya dibangun teori pendefinisian tentang Apa itu “Filsafat Apologetika”.
Sudah menjadi tradisi akademis setiap pergantian semester selalu ada tugas mengajar yang diberi oleh sekolah melalui bidang akademik kepada setiap dosen untuk mempersiapkan diri dalam hal mengajar di semester baru. Salah satu mata kuliah yang dipercayakan kepada saya untuk disampaikan dalam semester Januari – Mei 2016 yakni mata kuliah “Apologetika”. Ketika menerima Jadwal didalamnya tertulis mata kuliah “Filsafat Apologetika”. Sebelumnya saya sudah mempersiapkan materi “Apologetika” tetapi persipan tersebut harus mengalami perubahan sesuai dengan nama mata kuliah yaitu: “Filsafat Apologetika”. Paradigmanya penyajian materi kuliah tentu berbeda, materi “Apologetika” tentu berbeda makna dengan materi “Filsafat Apologetika”. Saya berharap mahasiswa telah siap dalam berpikir “filsafat”. Kesiapan ini penting karena kita akan mengkaji “Apologetika” (Apaologetika Kristen) dalam pendekatan atau cara kerja filsafat.
Itulah sebabnya dalam studi “Filsafat Apologetika”, saya mengajukan pertanyaan pertama: Apa itu “Filsafat Apologetika”? Menjawab pertanyaan ini, perlu kita lakukan dua hal pokok, yaitu berusaha mencari arti filsafat dan apologetika, kemudian kita meneruskannya dengan merumuskan pengertian filsafat apologetika, serta pokok-pokok selanjutnya yang sesuai dengan kompetensi yang hendak diwujudkan oleh para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Filsafat Apologetika”.
Kini kita memulai usaha memberi jawaban atas pertanyaan: Apa itu “Filsafat Apologetika” dengan usaha mencari makna kata filsafat, apologetika dan filsafat Apologetika.

Kita mulai dengan arti filsafat.

Berdasarkan pengalaman ketika menjadi mahasiswa yaitu ada sejumlah kesulitan memahami apa pengertian filsafat yang secara teknis operasional mendarat dan menjiwai seseorang dalam belajar filsafat dan menerapkannya. Saya kemudian mendapat salah satu jawaban, yaitu usaha mengerti filsafat secara baik, terukur dan mengyemangati roh filsafat dalam diri pelaku studi filsafat yaitu dengan memahami percakapan Sokrates dan murid-muridnya. Dalam buku dengan judul  “Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Plato sampai Ig. Loyola menyebutkan contoh gaya mengajar Sokrates yang dibuat oleh Guru besar John Adams dari Universitas Oxford dengan isi tanya jawab sebagai berikut. 


Sokrates: “Apakah yang dimaksud dengan serangga (insect) itu?
Murid: “Serangga ialah binatang kecil bersayap.” (Murid yakin bahwa jawabannya itu benar)
Sokrates: Kalau begitu, tentu ayampun boleh kita namai serangga.”
Murid: Ayam bukan demikian kecilnya hingga dapat dinamai serangga. Ayam itu amat besar kalau dibandingkan dengan serangga.”
Sokrates: “Jadinya: Serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai sayap.”

Murid: “Betul!”
Sokrates: “Kalau demikian, burung pipit dapat dinamai serangga, sebab dia demikian kecilnya”.
Murid: “Tidak! Burung sekali-kali tidak dapat dinamai serangga, sebab dia demikian kecilnya.”
Sokrates: Jadinya: Serangga ialah binatang yang amat kecil, dia bersayap, tetapi bukan dari jenis burung.”
Murid: “Benar” Sokrates: “Kemarin saya memasuki salah satu took, di dalamnya saya melihat kaleng-kaleng kecil. Pada masing-masing kaleng itu tertulis: Tepung keating yang paling manjur untuk memberantas serangga.” Pada masing-masing kaleng itu tergambar beberapa macam binatang kecil bukan dari jenis burung, tetapi tidak ada mempunyai sayap, umpama pijat-pijat, kutu kucing dll. Rupa-rupanya mereka salah menamakan binatang-binatang tersebut serangga, sebab masing-masing tidak bersayap. Adakah masuk akal serangga tidak bersayap, menurut yang telah kita tetapkan itu?”
Murid: “Binatang-binatang tersebut memang serangga, semua orang tahu itu.”
Sokrates: “Aneh, aneh. Apa pulakah arti serangga sekarang, menurut pikiranmu. Apakah sekaran kau berpendapat bahwa “Serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai sayap, bukan dari jenis burung, dan kadang-kadang tidak bersayap.’ Sesungguhnya perkataan ini amat berlawan-lawanan.”
Murid: “Celaka! Pertanyaan-pertanyaan orang ini membosankan. Coba tuan sendiri yang menerangkan kepada kami, apa arti serangga itu, supaya kami puas dan tuanpun puas.” Sokrates: “Bukankah dari tadi saya bilang padamu bahwa saya sendiri pun tidak mengetahui.
Sekarang mari kita periksa bersama-sama, moga-moga kita sampai pada hakikat sebenarnya. Jalan yang paling baik ialah kita ambil 3 atau 4 ekor serangga dari jenis yang bermacam-macam, kemudian kita bandingkan satu dengan yang lain, untuk mengetahui sifat-sifat yang sama. Apakah serangga yang akan kita ambil?” Murid: “Mari kita ambil kupu-kupu, semut, kerangga dan kumbang
Sokrates: “Bagus”
Berdasarkan jenis-jenis serangkan itu mereka merumuskan berdasarkan fakta tentang “apa itu serangga?”
Serangga ialah binatang beruas, kulitnya kesat, lagi keras, kakinya enam, mempunyai sayap, atau bekas sayap.”
Berdasarkan percakapan dialogis di atas, kita belajar apa artinya berpikir radikal/mendalam terhadap salah satu realitas (Salah satnya: Serangga). Mudah-mudahan dialog diatas menolong kita memahami apa itu filsafat dalam arti berpikir mendalam/radikal terhadap realitas dan merumuskan realitas tersebut yang kemudian menghasilkan kebenaran. Belajar filsafat memang menyenangkan tetapi juga membingungkan. Hal yang terakhir ini disebabkan karena terdapat ragam pengertian tentang filsafat. Saya tidak menjanjikan dan menjamin bahwa materi ini memberi sumber pemahaman yang tuntas tentang apa itu filsafat. Hal itu sulit diwujudkan. Namun perlu disadari bahwa keragaman pengertian filsafat bukanlah sesuatu yang menyesatkan, hal itu wajar saja karena setiap orang memberi arti sesuai dengan pemahamannya. Selanjutnya sesuai dengan topik yakni "pengertian filsafat" maka dalam postingan ini saya menjelaskan tentang pengertian filsafat. Pengertian yang saya paparkan ini telah mendorong/mensemangati saya dalam mengajar Filsafat Ilmu dalam bidang Pendidikan Kristen maupun Teologi Penggembalaan. Menurut Jan Hendrik Rapar, filsafat adalah mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu. Menurut para rohaniawan dan teolog menyatakan filsafat sebagai “ancilla theologiae”, yaitu budak atau pelayan teologi. Sebagai pelayan teologi, filsafat memiliki tugas memformulasikan argumentasi-argumentasi yang kuat untuk membela isi iman Kristen. Ada pula rohaniawan dan teolog yang menuding filsafat sebagai alat iblis terkutuk. Karena itu harus ditolak oleh semua orang beriman. Tudingan ini tidak sepenuhnya benar, Tuhan tidak menciptakan manusia sebagai robot, manusia memiliki pikiran. Dengan pikiran itu manusia berfilsafat (berpikir). Namun tidak kegiatan berpikir dikategorikan filsafat. Berpikir yang dikategorikan filsafat adalah berpikir yang berlangsung dalam syarat-syarat tertentu.

 Memang harus diakui bahwa berpikir yang berciri filsafat dapat membawa seseorang pada dua pilihan, yaitu kesetiaan kepada iman atau penyimpangan iman (alias tidak mengakui adanya Tuhan). Oleh karena itu berfilsafat harus berlangsung dalam kawalan iman dan perlindungan kasih.
Untuk memahami filsafat, maka saya merumuskan pengertian filsafat dalam dua pendekatan. Pertama, secara etimologi dan kedua secara konseptual (definisi para ahli filsafat). Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, dari kata “philosophia”. Kata “philosophia” merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata: “philos” dan “Sophia”. Kata “philos” berarti kekasih, atau bisa juga sahabat. Sedangkan “Sophia” berarti kebijaksanaan atau kearifan atau juga pengetahuan.
Jadi, arti harafiah “philosophia” berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan.

Definisi para ahli:

Plato dalam Jan Hendrik Rapar menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada atau filsafat adalah usaha mencari kejelasan dan kecermatan secara gigih yang dilakukan secara terus menerus.

 

Baca buku Louis O. Kattsoff, 1996:2

Aristoteles (Murid Plato) mengemukakan beberapa pengertian filsafat. Pertama, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada. Kedua, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selaku peri ada” (being as being) atau peri ada sebagaimana adanya (being as such).
Rene Descartes (Filsuf Prancis)
Argumen yang terkenal dari Descartes yakni: “Aku berpikir maka aku ada” (cogito ergo sum). Jadi, filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia. William James (Filsuf Amerika), Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang. R.F. Beerling (mantan guru besar filsafat UI) menyatakan filsafat adalah suatu usaha untuk mencari radix atau akar pengetahuan tentang diri sendiri. Louis Kattsoff, filsafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. Kegiatan kefilsafatan ialah pemikiran secara sistematis. Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh/komprehensif

Selanjutnya baca buku Louis O. Kattsoff, 1996:3-4, 6, 12

Berpikir radikal (berpikir mendalam) tidak berarti mengubah, membuang, atau menjungkirbalikan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berpikir secara mendalam untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berpikir radikal sebenarnya hendak memperjelas realitas, lewat penerimaan serta pemahaman akan akar realitas itu sendiri.

 

Baca buku Rapar, 2000:21 dan  Yonas Muanley

 

Filsafat adalah berpikir radikal atau berpikir mendalam terhadap realitas (realitas/ada secara menyeluruh maupun salah satu realitas). Salah satu realitas itu yakni “apologetika” (pembelaan) yang dilakukan orang Kristen.

Sabtu, 30 April 2016

Kerangka Penelitian Teologi dengan metode kuantitatif dan kualitatif


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Pentingnya Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Variabel Y
2. Hakikat Variabel X1
3. Hakikat Variabel X2
4. Hakikat Variabel X3
5. Hakikat Variabel X4
6. Hakikat Variabel X5
7. Hakikat Varibel X6
8. Hakikat Variabel X7
9. Hakikat Varibel X8
10. Hakikat Variabel X9
11. Hakikat Variabel X10
12. Hakikat Variabel X11
B. Kerangka Berpikir
1. Uraian dari rumusan masalah pertama
2. Uraian dari rumusan masalah kedua
3. Uraian dari rumusan masalah ketiga
4. Uraian dari rumusan masalah keempat
5. Uraian dari rumusan masalah kelima
6. Uraian dari rumusan masalah keenam
7. Uraian dari rumusan masalah ketujuh
8. Uraian dari rumusan masalah kedelapan
9. Uraian dari rumusan masalah kesembilan
10. Uraian dari rumusan masalah kesepuluh
11. Uraian dari rumusan masalah kesebelas

C. Hipotesis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan lokasi penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Populasi
D. Tehnik Sampling
E. Besar Sampel
F. Variabel Penelitian
G. Hubungan antar varibel atau disain variabel penelitian
H. Teknik pengumpulan data
I.Instrumen Penelitian
J. Teknik Analisa Data

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Deskripsi Data
1. Variabel Y
2. Variabel X1
3. Variabel X2
4. Variabel X3
5. Variabel X4
6. Variabel X5
7. Varibel X6
8. Variabel X7
9. Varibel X8
10. Variabel X9
11. Variabel X10
12. Variabel X11
B. Uji Persyaratan Analisis
C. Uji Hipotesis

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
1. Saran Praktis
2. Saran Penelitian Lanjutan
3. dll


KRANGKA PENELITIAN KUALITATIF (Penelitian menemukan teori)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Fokus Penelitian
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Pentingnya Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI

A. Efektifvitas Proses Pembelajaran PAK
B. Pembelajaran Kontekstual
C. Pendekatan Pembelajaran Rekonstruksi
D. Pendekatan Pembelajaran Nativisme
E. Pendekatan Pembelajaran Empiris
F. Pendekatan Pembelajaran Konfergensi
G. Pendekatan Pembelajaran “Kogito Ergo Sum”
H. Pendekatan Pembelajaran “Aku Tahu Baru Percaya”
I. Pendekatan Pembelajaran “Aku Percaya Baru Mengerti”
K. Pendekatan Pembelajaran “Aku Menerima Perasaan maka Aku Ada”
L. Pendekatan Pembelajaran “Dimana ada sinyal Internet”

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian
B. Langkah-langkah Penelitian
C. Tempat Penelitian
D. Informan dan Sampel
D. Tehnik Pengumpulan Data
E. Analisa Data Kualitatif
F. Pengujian Kredibilitas Data
G. Temuan Hipotesis
H. Teknik pengumpulan data
I. Instrumen Penelitian
J. Teknik Analisa Data

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
1. Saran Praktis
2. Saran Penelitian Lanjutan
3. dll

Beberapa penjelasan:

Penelitian Kuantitatif bertujuan menuji teori maka dalam kerangka penelitian kualitatif terdapat Hipotesis, sedangkan penelitian kualitatif bertujuan menemukan teori. Oleh karena itu maka dalam kerangka Bab III tidak ada Hipotesis, penelitian kualitatif berusaha menemukan teori. Pengertian Kerangka Berpikir

Pengertian Kerangka Berpikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang menjadi objek permasalahan yang diteliti. Kerangka berpikir iini disusun dengan berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan atau terkait.
Kerangka berpikir ini merupakan suatu argumentasi penulis yang akan menghantar pada perumuskan hipotesis. Dalam merumuskan suatu hipotesis, argumentasi kerangka berpikir menggunakan logika deduktif (untuk metode kuantitatif) dengan memakai pengetahuan ilmiah sebagai premis premis dasarnya.
Kerangka berpikir merupakan buatan penulis, bukan dari pendapat orang lain. Dalam hal ini, bagaimana cara kita berargumentasi dalam merumuskan hipotesis. Argumentasi itu harus membangun kerangka berpikir yang merujuk pada pernyataan-pernyataan yang disusun sebelumnya. Dalam hal menyusun suatu kerangka berpikir, sangat diperlukan argumentasi ilmiah yang dipilih dari teori-teori yang relevan atau saling terkait. Agar argumentasi kita diterima oleh sesama ilmuwan, kerangka berpikir harus disusun secara logis dan sistematis.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan peda kerangka berpikir Kerangka berpikir yang meyakinkan hendaklah memenuhi kriteria kriteria sebagai berikut.

1. Teori yang digunakan dalam berargumentasi hendaknya dikuasai sepenuhnya serta mengikuti perkembangan teori yang muktahir.
2. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang diarahkan kepada cara berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan secara tersurat semua asumsi, prinsip atau postulat yang mendasarinya.
Penyusunan kerangka berpikir dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan ini akhirnya melahirkan suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut yang menjadi rumusan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan masalah penelitian kita.

Contoh Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kompetensi mengajar dosen, motivasi berprestasi dosen baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika (Y). Kerangka logis hubungan antara variable-variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Hubungan Kompetensi Mengajar Dosen dengan Efektivitas Proses Pembelajaran kelompok Mata Kuliah Historika (Contoh rumusan hipotesis ini diambil dari tesis Yonas Muanley)

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kompetensi mengajar dosen merupakan bagian integral yang menyatu dalam diri dosen untuk melaksanakan tugas mengajar sehingga kegiatan mengajar dapat berlangsung secara efektif.
Jika ditarik ke dalam konteks penelitian ini, para dosen yang menghendaki terjadinya proses pembelajaran yang efektif hendaknya memiliki sejumlah kompetensi yang dipersyaratkan. Dalam hal ini kompetensi mengajar dosen merupakan seperangkat karakteristik yang dimiliki seorang dosen sehingga memungkinkannya mencapai tujuan pembelajaran yang dialami mahasiswa. Karakteristik tersebut cendrung tidak tampak secara nyata, namun dapat diamati secara berkesinambungan. Sesuai dengan persyaratan atau ketetapan yang telah dinyatakan sebelumnya, terdapat 10 karakteristik kompetensi mengajar dosen. Dengan memiliki karakteristik-karakteristik kompetensi mengajar tersebut, besar kemungkinan dosen akan dapat melaksanakan proses pembelajaran secara efektif. Alasannya adalah bahwa karakteristik-karakteristik ini merupakan modal dasar yang memungkinkan seorang dosen akan melaksanakan tugas mengajar secara efektif.
Jika faktor kompetensi ini dikaitkan dengan efektifitas proses pembelajaran maka kemampuan tersebut akan membuat seorang dosen mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini berarti bahwa makin tinggi kompetensi yang dimiliki dosen maka besar pula kecendrungan untuk mencapai efektifitas proses pembelajaran. Jadi semakin baik kompetensi yang dimiliki dosen semakin baik pula mencapai tujuan pembelajaran
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan positif antara kompetensi mengajar dosen dengan efektifitas proses pembelajaran (pencapai tujuan pembelajaran). Dengan kata lain, makin tinggi kompetensi mengajar dosen, makin tinggi efektivitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika.

1. Hubungan Motivasi Berprestasi Dosen dengan Efektifitas Proses Pembelajaran Kelompok Mata Kuliah Historika (Contoh rumusan hipotesis ini diambil dari tesis Yonas Muanley)

Motivasi berprestasi merupakan keinginan dan kecendrungan seorang dosen untuk melaksanakan pekerjaan sebaik dan secepat mungkin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, baik oleh dosen itu sendiri maupun oleh lembaga atau pihak lain. Dorongan ini terjadi secara internal dan merupakan dinamika atau daya pendorong bagi setiap dosen, secara khusus dosen historika untuk mengerjakan pekerjaan mengajar sebaik mungkin tanpa mempertimbangkan imbalan-imbalan yang bersifat material yang akan diterimanya atau diberikan oleh lingkungan di mana ia bekerja.
Apa yang dikatakan di atas menegaskan bahwa dosen historika yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki kecendrungan untuk lebih unggul dari yang lain, memilih tugas yang tingkat kesulitannya cukup menantang atau cukup moderat dan lebih tertarik kepada pencapaian pribadi atas hasil kerjanya, mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin, ingin berhasil dalam situasi persaingan. Dengan kata lain semakin tinggi motivasi berprestasi, semakin tinggi hasrat dan kecendrungan seorang dosen mengerjakan pekerjaan mengajar sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian, motivasi berprestasi merupakan daya pendorong yang mendasar bagi setiap dosen untuk melaksanakan tugas mengajar sebaikmungkin, tanpa mengharapkan imbalan-imbalan eksternal yang mungkin akan diperolehnya jika berhasil.
Dosen yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cendrung untuk selalu berusaha unggul, memiliki kecendrungan memilih tugas mengajar yang tingkat kesulitannya moderat, lebih tertarik pada pencapaian pribadi dari pada imbalan yang diperoleh atas keberhasilannya, lebih tertarik pada situasi yang dapat memberikan umpan balik secara konkrit atas hasil kerjanya, mengerjakan pekerjaan mengajar sebaik mungkin. Ingin lebih berhasil dalam situasi persaingan, mengerjakan pekerjaan yang menghendaki ketrampilan dan usaha, ingin mendapatkan pengakuan, mengerjakan tugas yang dianngap penting, dan menyelesaikan pekerjaan yang sulit dengan baik.
2. Hubungan Kompetensi Mengajar Dosen, Motivasi Berprestasi Secara Bersama-sama dengan Efektifitas Proses Pembelajaran Kelompok Mata Kuliah Historika di Sekolah Tinggi Theologia .......... (diambil dari Tesis Yonas Muanley)

Kompetensi mengajar diartikan seperangkat karekteristik yang dimiliki seorang dosen sehingga memungkinkannya melakukan transfer pengetahuan kepada para mahasiswa dan sekaligus mengembangkan potensi yang dimiliki mahasiswa tersebut secara lebih optimal dalam arti untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Karakteristik tersebut terkait erat dengan kemampuan mentransfer pengetahuan dan membimbing peserta didik sehingga peserta didik dapat memahami fenomena dirinya dan lingkungannya. Dengan memiliki karakteristik-karakteristik ini, maka diyakini seorang dosen akan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar dan sekaligus pendidik karena karakteristik-karakteristik tersebut merupakan modal dasar yang mutlak dimiliki seorang dosen agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, untuk melaksanakan tugas mengajar maka seorang dosen harus memenuhi apa yang dipersyaratkan dalam kompetensi mengajar dosen atau persyaratan profesionalisme dosen. Salah satu dari persyaratan tersebut adalah memiliki ijazah pendidikan keguruan yang formal atau memiliki akta mengajar. Dengan demikian orang yang menjadi dosen telah dipersiapkan terlebih dahulu melalui pendidikan formal. Selain itu dosen harus terus menerus belajar melalui literature atau sumber-sumber yang terkini tentang aspek-aspek pengajaran sehingga ia terus menerus melengkapi diri dengan kemampuan mengajar. Inilah yang disebut kompetensi menghajar dosen.
Pernyataan terakhir menegaskan bahwa upaya peningkatan kompetensi mengajar dosen setelah melakukan tugas mengajar pada dasarnya terletak pada diri dosen yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena ketika dosen melakukan tugas mengajar mungkin ia tidak ada yang membimbingnya dalam arti ia harus berusaha mengajar tanpa ada dosen senior yang mendampinginya oleh karena itu pengembangan kemampuan mengajar dosen berpulang pada diri dosen tersebut. Jadi salah satu alternatif yang dinilai efektif meningkatkan kompetensi mengajar dosen ini terletak pada diri dosen.
Selain kompetensi yang diuraikan diatas, motivasi berprestasi merupakan hasrat dan kecendrungan seseorang untuk mengerjakan pekerjaan sebaik dan secepat mungkin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh individu itu sendiri maupun oleh orang lain. Ini terjadi secara internal dan merupakan daya pendorong bagi setiap individu untuk mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin, tanpa mempertimbangkan imbalan-imbalan yang bersifat material yang mungkin diberikan oleh lingkungan eksternalnya.
Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki kecendrungan untuk lebih unggul dari yang lain sehingga tugas yang dipilihnya tingkat kesulitannya moderat, lebih tertarik pada pencapaian pribadi dan situasi yang dapat memberikan umpan balik secara konkrit atas hasil kerjanya, mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin, ingin lebih berhasil dalam situasi persaingan, mengerjakan pekerjaan yang menghendaki ketrampilan dan usaha, ingin mendapatkan pengakuan, mengerjakan tugas yang dianggap penting, dan menyelesaikan pekerjaan yang sulit dengan baik.
Sementara efektifitas proses pembelajaran adalah kelompok mata kuliah historika di Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar adalah usaha dosen mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam pembelajaran dalam kuliah kelompok mata kuliah historika, yang berindikator: mahasiswa mengerti setiap pokok materi kuliah mulai dari pendahuluan sampai bagian penutup dari setiap pokok bahasan.
Efektifitas proses pembelajaran tidak lain adalah membandingkan antara hasil atau prestasi yang diperoleh dengan tujuan atau pencapaian tujuan. Ini berarti efektifitas menitikberatkan pada pencapaian tujuan atau hasil yaitu membuat sesuatu yang benar didalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disini efektifitas proses pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika di Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar adalah usaha dosen menolong mahasiswa dengan prosedur pembelajaran yang tepat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam pembelajaran dalam kuliah kelompok mata kuliah historika, yang berindikator: mahasiswa mengerti setiap pokok materi kuliah mulai dari pendahuluan sampai bagian penutup dari setiap pokok bahasan.
Pencapaian tujuan pembelajaran dalam diri mahasiswa meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), perubahan sikap (afektif), perubahan kemauan (konatif) dan ketrampilan (psikomorik) serta psikospritual (= kemapuan rohani/relasi dengan Tuhan/pertumbuhan rohani. Psikospritual = tambahan untuk perubahan yang diharapkan dalam pembelajaran di Perguruan Tinggi Teologi Jurusan Teologi dan PAK Teologi Jurusan Teologi dan jurusan lainnya yang dikenal dalam lingkungan Sekolah Tinggi Teologi).
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara kompetensi mengajar dosen, motivasi berprestasi dosen secara bersama-sama dengan efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika. Dengan kata lain, makin tinggi kompetensi mengajar dan motivasi berprestasi dosen, maka makin tinggi pula efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika.
Penilaian terhadap efektifitas proses pembelajaran dalam penilitian ini dapat dilakukan oleh mahasiswa, dan untuk menjaga objektivitas data yang diberikan maka dalam penelitian ini juga akan diterapkan tehnik penilaian hal yang sama. Dan untuk membantu mahasiswa dalam memberikan penilaiannya, instrumen pengukur yang digunakan dalam penelitian ini disusun dalam bentuk angket dengan tehnik skala berjenjang (ranting scale)

Contoh Perumusan Hipotesis Penelitian (dari tesis Yonas Muanley)

Sesuai dengan kerangka pikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
(1) Terdapat hubungan positif antara kompetensi mengajar dosen dengan efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika. Dengan kata lain, makin tinggi kompetensi mengajar dosen, makin tinggi efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika.
(2) Terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi dosen dengan efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika. Dengan kata lain, makin tinggi motivasi berprestasi dosen, makin tinggi efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika.
(3) Terdapat hubungan positif kompetensi mengajar dosen, dan motivasi berprestasi dosen secara bersama-sama dengan efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika. Dengan kata lain, semakin tinggi kompetensi mengajar dosen dan motivasi berprestasi dosen secara bersama-sama, makin tinggi efektifitas proses pembelajaran kelompok mata kuliah historika.

Minggu, 24 April 2016

Motivasi Penelitian Ilmiah

Beberapa aspek yang mendorong diadakannya suatu penelitian ilmiah:
1. Keinginan tahuan manusia,
2. Permasalahan yang timbul,
3. Ilmu pengetahuan, dan
4. Metode ilmiah.

Ada dua cara yang pernah digunakan oleh para ahli dalam upaya untuk mencari tahu sesuatu pengetahuan yang baru (epistemology) yaitu dengan cara atau pendekatan rasional dan empiris. Kedua pendekatan itu di jelaskan sbb:

1. Pendekatan Rasional
Pendekatan rasional adalah suatu cara untuk mencari tahu pengetahuan yang baru dengan anggapan bahwa segala sesuatu yang ingin diketahui itu ada di dalam pikiran manusia (internal wisdom). Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, menggunakan akal atau rasio untuk menemukan pengetahuan tersebut dari pikirannya. Dengan kata lain, pendekatan rasional dimulai dengan anggapan bahwa pengetahuan dimulai dari suatu gagasan atau pikiran yang didasarkan atas kebijaksanaan yang dimiliki seseorang.
Pendekatan rasional, segala sesuatu yang ingin diketahui itu ada di dalam pikiran manusia/idea (internal wisdom). Salah satu pemikir yang menggunakan pendekatan rasional adalah Aristotle.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan ini dianggap tidak layak dan disanggah oleh beberapa ahli pada masa itu. Di antara para ahli yang mengkritik pendekatan rasional adalah Francis Bacon.
Ketidakmampuan pendekatan rasional dalam memecahkan suatu masalah diilustrasikan oleh ahli filsafat dan ilmuwan Francis Bacon yang diceritakan oleh Mees dan diterjemahkan secara bebas sebagai berikut (Howard, 1985), ilustrasinya sbb:
Pada tahun 1432 timbul pertengkaran di antara para tua-tua tentang jumlah gigi yang ada di mulut seekor kuda. Selama 13 hari pertengkaran terus berlangsung tanpa jalan keluar. Pada hari keempat belas, seorang anak muda yang memiliki maksud yang baik dan polos menyarankan untuk membuka mulut seekor kuda dan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mereka. Tangkap dia karena, kata mereka (orang-orang tua), pasti setan telah menggoda orang muda yang berani orang muda yang berani ini untuk menyatakan cara yang tidak suci dan tidak pernah didengar untuk mencari tahu kebenaran yang berlawanan dengan ajaran-ajaran para pendahulu. (Kountur, 2007:4-5)

2. Pendekatan Empiris.
Pendekatan empiris sudah dimulai kurang lebih tiga ratus tahun lalu dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh Bacon, Locke, dan Hume.
Menurut pendekatan empiris,pengetahuan diperoleh dari hasil pengamatan terhadap fenomena yang terjadi (external process). Jawaban atas suatu permasalahan ada pada obyek (ontology) di mana masalah tersebut berada dan bukan di dalam pikiran seseorang. Apa yang harus kita lakukan adalah mengamati apa yang terjadi dan membuat kesimpulan. Contohnya seperti pada ilustrasi “gigi kuda” di atas, cara yang terbaik adalah mengamati. Buka mulut kuda dan amati (dengan cara menghitung) maka permasalahan berapa jumlah gigi kuda tersebut akan segera terjawab.
Menurut pendekatan empiris, pengetahuan didapatkan atas berbagai fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dan observasi. Salah satu pendekatan empiris adalah metode ilmiah.

Metode Ilmiah

Metode Ilmiah adalah suatu cara memperoleh pengetahuan yang baru atau suatu cara untuk menjawab berbagai permasalahan penelitian yang dilakukan mengikuti kaidah-kaidah Ilmiah (mengikuti langkah-langkah dalam metode Ilmiah). Langkah Ilmiah itu dimulai dari: mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, membuat kesimpulan. Secara umum metode ilmiah dimulai dengan mengidentifikasi masalah, setelah masalah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara atau permasalahan penelitian yang kebenarannya masih perlu diuji. Kebenaran hipotesis ini kemudian diuji dengan cara mengumpulkan data dari obyek yang diteliti, kemudian data tersebut di analisis. Berdasarkan analisis atas data tersebut, dibuat kesimpulan apakah akan menerima atau menolak hipotesis (Kountur, 2007:6-8).
Lankah-langkah Ilmiah dapat digambarkan sbb:

Tugas Akhir Kesarjanaan

Tugas akhir penelitian atau disebut tugas akhir kesarjanaan, biasanya dikenal dalam tiga macam tugas akhir kesarjanaan. Tugas akhir ini dilakukan lewat penelitian ilmiah. Ada tiga macam tugas akhir kesarjanaan yang dilakukan lewat penelitian, yaitu
1. Skripsi
2. tesis dan
3. disertasi

Perbedaan antara Skripsi dan Tesis

Dasar perbedaan Skripsi Tesis Disertasi
Tingkat kesarjanaan Strata 1 (Sarjana) Strata 2 (magister)
Jenis Penelitian Deskriptif (kuantitatif/kualitatif)
Korelasi Deskriptif (kuantitatif/kualitatif)
Korelasi
Eksperimen Strata 3 (doctor)
Deskriptif (kualitatif)
Korelasi
Eksperimen
Aplikasi Terapan Terapan
Pengujian teori
Pengembangan teori Pengembangan teori
Penemuan teori baru
Kerumitan (Banyaknya variabel yang terlibat pada penelitian kuantitatif) Sederhana
(minimum 1 variabel jika deskripstif, atau 2 variabel jika korelasi Kompleks
(minimum 3 variabel) Sangat kompleks
(minimum 5 variabel, disarankan lebih banyak)

Sumber: Ronny Kountur, 2007:13

Variabel Penelitian Pendidikan Agama Kristen

Pengertian variabel dalam konteks Pendidikan Agama Kristen diartikan konsep-konsep disekitar isi PAK yang dapat diukur ketika diteliti secara ilmiah. Dengan kata lain judul skripsi, tesis, disertasi dalam pendidikan Agama Kristen adalah judul (konsep) yang dapat diukur. Misalnya, konsep (judul) Sorga, kerajaan Allah dll adalah konsep yang tidak dapat diukur, tetapi bila dijadikan variabel maka dapat dikur. Sorga dijadikan menjadi “tingkat pemahaman warga gereja tentang Sorga”, Tingkat pemahaman warga jemaat tentang kerajaan Allah” dan seterusnya. Inilah yang disebut variabel penelitian PAK.

Pengertian Variabel Penelitian

Menurut Kountur, variabel adalah bentuk yang dapat diukur dari konsep. Dengan kata lain, variabel adalah konsep yang dapat diukur.
Konsep adalah pengertian abstrak yang digunakan para ilmuwan sebagai komponen dalam membangun proposisi dan teori. Konsep juga dipakai dalam memberikan arti dari sesuatu. Misalnya, konsep tentang “raut muka”, konsep tentang “marah” memberikan arti yang berbeda dengan konsep tentang “bahagia”
Teori adalah system dari proposisi atau teori adalah kumpulan dari proposisi yang saling berkaitan.

Kerangka Konsep

Berbagai teori yang telah dikumpulkan pada landasan teori (bab II) dan telah diuraikan harus dapat menghasilkan beberapa konsep. Hubungan antara berbagai konsep yang didasarkan atas teori tersebut disebut kerangka konsep.
Kerangka konsep adalah gambaran hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Dari berbagai teori yang telah dikumpulkan, akan diperoleh beberapa konsep. Apabila konsep-konsep itu dihubungkan satu sama lain, untuk memberikan suatu gambaran atas suatu fenomena, maka hubungan antara konsep inilah yang disebut dengan istilah kerangka konsep.
Untuk riset ilmu sosial, umumnya kerangka konsep digambarkan dengan menggunakan bagan-bagan yang dihubungkan dengan anak panah. Apabila hubungannya adalah sebab akibat, digunakan anak panah satu arah; sedangkan bila hubungannya adalah korelasi, digunakan anak panah dua arah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa dua konsep saling mempengaruhi (saling menunjukkan sebab akibat), maka yang digunakan adalah dua anak panah satu arah yang masing-masing menunjuk kea rah yang berlawanan.
Mengetahui sesuatu

Penelitian berhubungan dengan usaha mengetahui sesuatu, dan usaha mencari tahu jawaban atas suatu atau beberapa masalah
Ada dua cara yang pernah digunakan oleh para ahli dalam upaya untuk mencari tahu sesuatu pengetahuan yang baru (epistemology) yaitu dengan cara atau pendekatan rasional dan empiris. Kedua pendekatan itu di jelaskan sbb:

1. Pendekatan Rasional
Pendekatan rasional adalah suatu cara untuk mencari tahu pengetahuan yang baru dengan anggapan bahwa segala sesuatu yang ingin diketahui itu ada di dalam pikiran manusia (internal wisdom). Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, menggunakan akal atau rasio untuk menemukan pengetahuan tersebut dari pikirannya. Dengan kata lain, pendekatan rasional dimulai dengan anggapan bahwa pengetahuan dimulai dari suatu gagasan atau pikiran yang didasarkan atas kebijaksanaan yang dimiliki seseorang.
Pendekatan rasional, segala sesuatu yang ingin diketahui itu ada di dalam pikiran manusia/idea (internal wisdom). Salah satu pemikir yang menggunakan pendekatan rasional adalah Aristotle.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan ini dianggap tidak layak dan disanggah oleh beberapa ahli pada masa itu. Di antara para ahli yang mengkritik pendekatan rasional adalah Francis Bacon.
Ketidakmampuan pendekatan rasional dalam memecahkan suatu masalah diilustrasikan oleh ahli filsafat dan ilmuwan Francis Bacon yang diceritakan oleh Mees dan diterjemahkan secara bebas sebagai berikut (Howard, 1985), ilustrasinya sbb:
Pada tahun 1432 timbul pertengkaran di antara para tua-tua tentang jumlah gigi yang ada di mulut seekor kuda. Selama 13 hari pertengkaran terus berlangsung tanpa jalan keluar. Pada hari keempat belas, seorang anak muda yang memiliki maksud yang baik dan polos menyarankan untuk membuka mulut seekor kuda dan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mereka. Tangkap dia karena, kata mereka (orang-orang tua), pasti setan telah menggoda orang muda yang berani orang muda yang berani ini untuk menyatakan cara yang tidak suci dan tidak pernah didengar untuk mencari tahu kebenaran yang berlawanan dengan ajaran-ajaran para pendahulu. (Kountur, 2007:4-5)

2. Pendekatan Empiris.
Pendekatan empiris sudah dimulai kurang lebih tiga ratus tahun lalu dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh Bacon, Locke, dan Hume.
Menurut pendekatan empiris,pengetahuan diperoleh dari hasil pengamatan terhadap fenomena yang terjadi (external process). Jawaban atas suatu permasalahan ada pada obyek (ontology) di mana masalah tersebut berada dan bukan di dalam pikiran seseorang. Apa yang harus kita lakukan adalah mengamati apa yang terjadi dan membuat kesimpulan. Contohnya seperti pada ilustrasi “gigi kuda” di atas, cara yang terbaik adalah mengamati. Buka mulut kuda dan amati (dengan cara menghitung) maka permasalahan berapa jumlah gigi kuda tersebut akan segera terjawab.
Menurut pendekatan empiris, pengetahuan didapatkan atas berbagai fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dan observasi. Salah satu pendekatan empiris adalah metode ilmiah
Metode Ilmiah adalah suatu cara memperoleh pengetahuan yang baru atau suatu cara untuk menjawab berbagai permasalahan penelitian yang dilakukan mengikuti kaidah-kaidah Ilmiah (mengikuti langkah-langkah dalam metode Ilmiah). Langkah Ilmiah itu dimulai dari: mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, membuat kesimpulan. Secara umum metode ilmiah dimulai dengan mengidentifikasi masalah, setelah masalah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara atau permasalahan penelitian yang kebenarannya masih perlu diuji. Kebenaran hipotesis ini kemudian diuji dengan cara mengumpulkan data dari obyek yang diteliti, kemudian data tersebut di analisis. Berdasarkan analisis atas data tersebut, dibuat kesimpulan apakah akan menerima atau menolak hipotesis (Kountur, 2007:6-8).

Motivasi mengetahui sesuatu

Ronny Kountur menyatakan:

Ingin mengetahui sesuatu merupakan salah satu sifat manusia (baca: peneliti). Sifat ingin tahu mendorong manusia (peneliti) untuk berusaha mencari tahu apa yang belum diketahui. Penelitian berhubungan dengan usaha untuk mengetahui sesuatu. Selain itu, penelitian berhubungan pula dengan usaha untuk mencari tahu jawaban atas suatu atau beberapa permasalah (masalah penelitian)


1. Masalah Penelitian dan penetapan variabel penelitian (Bab I Tesis)

Setiap penelitian ilmiah: skripsi, tesis, dan disertasi harus dimulai dengan masalah.
Memahami secara baik, apa yang dimaksud dengan masalah penelitian, akan sangat membantu peneliti dalam memaparkan latar belakang masalah secara jelas dalam bagian latar belakang masalah penelitian.
Sering terjadi bahwa apa yang dipaparkan dalam latar belakang masalah tidak menunjukkan masalah, tetapi pernyataan-pernyataan yang sifatnya bukan masalah, ada pula yang bersifat pernyataan solusi. Oleh karena itu perlu dipahami apa itu masalah penelitian?

1.1. Beberapa definisi tentang masalah penelitian ilmiah

Andreas Subagyo, mengutip pendapat Locke, Spirduso, dan Silverman tentang pengertian masalah penelitian sbb:
 Masalah penelitian adalah pengalaman ketika kita menghadapi situasi yang tidak memuaskan. Situasi itu harus betul-betul tidak memuaskan sehingga diraskan sebagai masalah untuk diteliti secara ilmiah. Pengalaman itu bukan saja pengalaman dalam praktik, melainkan juga dalam mengamati dua teori yang bertentangan .
Sugiyono mendefinisikan:
 Masalah penelitian adalah penyimpangan dari standar keilmuan maupun aturan yang berhubungan dengan obyek penelitian. Penyimpangan itu perlu ditunjukkan dalam data.
Pandangan lain:
 Masalah penelitian adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan
 Malasah penelitian adalah perbedaan antara teori (yang tertulis) dengan praktik (apa yang terjadi/implementasinya)


1.2. Kelayakan masalah penelitian

Menurut Sasmoko, Penelitian harus diawali dengan masalah. Maslah yang diteliti haruslah memenuhi kelayakan atau layak diteliti. Selanjutnya peneliti menguraikan masalah penelitian, yaitu dengan mendemostrasikan penguasaan masalah dengan cara menulis latar belakang masalah.

1.3. Sumber Masalah Penelitian

Sumber mendapatkan masalah penelitian

Andreas Subagyo

 Sumber masalah penelitian bisa didapatkan dengan bertolak dari teori, teologi, atau filsafat. Ada masalah di dalam bidang teologi, biblika, perbandingan agama, psikologi agama, sejarah gereja, pendidikan agama, pelayanan keagamaan dan lain-lain .

Sasmoko
 Sumber masalah penelitian dapat diperoleh melalui: pengalaman (pengalaman peneliti), deduksi teori, hasil penelitian orang lain, sumber dari inspirasi di bidang lain.
 Sumber masalah dari pengalaman. Sumber masalah yang berguna bagi peneliti adalah dari pengalaman peneliti sendiri, baik pengalaman mengajar maupun pelayanan.

2. Variabel Penelitian

Menurut Sasmoko, setiap penelitian selalu memiliki variabel, baik itu penelitian kualitatif maupun kuantitatif.
Bila peneliti merasa tidak memiliki variabel, maka peneliti pada saat itu sedang bingung.
Minimal yang harus dimiliki penelitia adalah variabel terikat (dependent variabel) atau variabel utama penelitian (Y)

Pengertian Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Oleh karena itu, variabel dapat disebut atribut dari seseorang dengan yang lainnya atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya
Tinggi badan, berat badan, motivasi kerja, gaya kepemimpinan, disiplin kerja, etos kerja, kinerja merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut dari obyek. Disebut variabel karena ada variasinya.

Variabel dalam penelitian kualitatif dapat disebut konsep penelitian yang dibangun oleh peneliti berdasar pada suatu teori, sehingga mengandung suatu ciri khas yang dapat diukur atau dapat menunjukkan suatu derajad. Oleh karena itu, dalam membangun hubungan di antara variable/konsep penelitian, peneliti harus mendasarkan diri pada penalaran yang bersumber dari pemikiran sendiri atau terinspirasi oleh teori yang sudah ada
Contoh variabel:
Tinggi badan disebut variabel, karena tinggi badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya.
Kerlinger menyebut variabel adalah construct (konstruk atau bangunan pengertian atau sifat yang akan dipelajari)
Variabel juga disebut sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda. Artinya variabel adalah sesuatu yang bervariasi.
Namun jika ditinjau dari konsepnya, maka atribut adalah berbeda dengan variabel. Atrbut adalah konsep yang memiliki cirri khas yang dikandungnya, sehingga dapat dibedakan. pengertian atau dalam bentuk pernyataan yang telah dibentuk oleh akal peneliti dan telah diberi makna. Konsep ini sering dipergunakan dalam penelitian kualitatif, sehingga setiap peneliti memiliki otoritas dan ketergantungan terhadap teori. Contoh: wanita, Jawa, kaya, dll. Variabel adalah konsep yang mengandung cirri khas yang dapat diukur atau dapat menunjukkan suatu derajat. Contoh: sifat kewanitaan, kejawaan, kekayaan, dll. Disebut variabel, karena mempunyai arah pengukuran nominal, ordinal, interval, atau rasio.
Berdasarkan pengertian di atas, variabel dapat dirumuskan sebagai suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang atau obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari, didalami, dan ditarik kesimpulan.
Di samping variabel berfungsi sebagai pembeda, variabel juga dapat dilihat keterkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Fenomena social dapat dijelaskan dan diramalkan apabila hubungan antar variabel tertentu telah diketahui. Pedomannya untuk mengetahui variabel yang saling berhubungan dari sekian banyak kemungkinan yang terjadi yaitu berdasarkan pengembangan teori atau uraian tentang hakikat teori.

Beberapa contoh variabel
Variabel tipe kendaraan,memiliki atribut:
a. beroda dua
b. beroda tiga
c. beroda empat
Variabel tingkat pendidikan, memiliki atribut:
a. tidak sekolah
b. tidak tamat SD
c. SD
d. SMP
e. SMU
f. PT
Variabel Warna memiliki atribut:
a. merah
b.putih
c. biru
d. kuning dst.
Variabel status perkawinan memiliki atribut:
a. belum kawin
b. kawin
c. janda
d. duda
e.pisah
f. kebo
g. kawin saksi
h. kawin teplok
i. kawin suri
j. kawin gantung
k. kawin di bawah tangan
l. hasil cloning
m. inseminasi buatan
Dalam penyusunan kuesioner dan juga analisis data, atribut suatu variabel perlu diketahui secara lengkap. Dengan atribut-atribut tersebut, peneliti akan lebih mampu memperdalam temuannya.

3. Konstruk/bangunan pengertian Variabel yang diteliti

Konstruk atau bangunan pengertian adalah definisi peneliti yang terinspirasi berdasarkan kajian teoritis-teologis terhadap variabel yang ditelitinya. Dengan kata lain setelah kajian teori atas variabel penelitian (Y) dan (X) disusun dengan baik, maka yang harus dilakukan peneliti adalah menutup uraian teori pervariabel tersebut dengan suatu construct atau bangunan pengertian atau konsep yang dipergunakan dalam penelitian. Atau di akhir uraian setiap variabel harus disimpulkan sebuah definisi konseptual yang akan dipakai di dalam penelitian.
Construct merupakan pendapat peneliti tentang variabel tersebut, di mana maknanya akan dipergunakan sebagai landasan dalam penelitian. Construct lahir karena peneliti terinspirasi dari berbagai teori atau kajian yang disusunnya. Penempatan construct adalah pada alinea terakhir dari setiap kajian teori per variabel (hakikat variabel).
Isi yang terkandung dalam construct antara lain: definisi konseptual; dimensi; dan indikator

4. Nama-nama Variabel

Ada banyak nama variabel, tetapi yang dikemukakan disini hanya 3 variabel (yang lain dapat dipelajari dalam buku Prof. Dr. Sasmok, Metode Penelitian, hlm. 26-31)

Nama 3 variabel yang dimaksud sbb:

4.1. Variabel bebas (independent variable): sering disebut variabel stimulus, predictor, anteceden, atau juga independent variable. Variabel ini adalah variabel yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Y)
4.2. Variabel Terikat (dependent variable): sering disebut variable output, criteria, konsekuen, atau dependent variable. Variabel ini adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
4.3. Variabel Moderator adalahvariabel yang berfungsi melakukan kategorisasi dalam melakukan analisis perbedaan dari variabel bebas atau terikat
Contoh:
Kasus: suatu pusat pendidikan dan litihan sepak bola melakukan latihan dengan tehnik tertentu antara kelompok pria dan wanita. Pelatih kedua kelompok; bola yang digunakan; lapangan tempat latihan; kostum yang dipakai; tempat tidur; waktu istirahat malam; sabun mandi; dan menu makanan adalah sama.
Variabel bebas: tehnik latihan sepakbola
Variabel terikat: prestasi permainan
Rumusan masalah: apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi permainan sepakbola
Setelah dilakukan analisis: ternyata kelompok pria prestasinya lebih baik disbanding kelompok wanita
Mengapa demikian? Karena ada variabel moderatornya yaitu jenis kelamin. Jenis kelamin inilah yang memperlemah hubungan variabel bebas dengan terikat.


Kajian Teoritis-Teologis Variabel Penelitian dalam PAK
(Bab II Tesis)

Pengertian teori
Dalam bab II, biasanya dilakukan pembahasan yang berhubungan dengan topic atau variable penelitian. Dengan kata lain, judul dibahas secara tuntas dengan didukung oleh teori-teori yang relevan.
Mari kita memperhatikan penjelasan para ahli tentang teori. Menurut Kerlinger dalam Nur Indrianto dan Bambang Supomo menyatakan: teori adalah suatu kumpulan construct (bangunan pengertian) atau konsep (concepts), definisi (definitions), dan proposisi (proposition) yang menggambarkan fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antar variabel dengan tujuan untuk menjelaskan (memprediksi) fenomena alam. Dalam definisi ini diungkap tiga pokok dalam sebuah teori, yaitu:
a. Elemen teori terdiri atas: construct, konsep, definisi dan proposisi
b. Elemen-elemen teori memberikan gambaran sistematis mengenai fenomena mealui penentuan
hubungan antar variabel
c. Tujuan teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena alam

Konsep-konsep (concepts) atau construct keduanya merupakan elemen-elemen teori. Konsep dan construct mudah dikacaukan, karena keduanya memiliki pengertian yang mirip. Istilah construct menurut kanus juga berarti konsep. Akan tetapi untuk keperluan penelitian maka dua istilah ini dibedakan. Construct penelitian merupakan dasar pemikiran peneliti yang kemudian dikomunikasikan kepada orang lain. Peneliti perlu merumuskan konsep atau construct penelitian dengan baik agar hasilnya dapat dimengerti oleh orang lain dan memungkinkan untuk direplikasi atau diekstensi oleh peneliti yang lain. Misalnya, penelitian yang menguji “apakah kemampuan berkomunikasi mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa IKSM SA”. Agar dapat dinyatakan dalam rumusan masalah penelitian yang jelas (tidak ambiguitas) dan merupakan hipotesis yang dapat diuji melalui pengumpulan dan analisis data, perlu kejelasan: apa yang dimaksud dengan “kemampuan komunikasi”? prestasi akademik yang mana? Siapa yang dimaksud sebagai mahasiswa? Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan konsep dan construct penelitian” (definisi konseptual dari variabel penelitian).
Konsep mengekspresikan suatu abstraksi yang terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan terhadap fenomena-fenomena. Konsep merupakan abstraksi dari realitas yang tersusun dengan mengklasifikasikan fenomena-fenomena (antara lain berupa: objek, kejadian, atribut, atau proses) yang memiliki kesamaan karakteristik. Misalnya prestasi akademik merupakan konsep yang mengekspresikan abstraksi dari kemampuan belajar mahasiswa antara lain dalam: mengerjakan bahasa Ibrani, menyusun laporan keuangan gereja, membuat bagan dll. Bobot adalah konsep yang menyatakan abstraksi dari suatu benda yang mempunyai karakteristik berat atau ringan. Jadi ada banyak konsep: tanah, gedung, peralatan, kendaraan, aktiva tetap, kepuasan kerja, motivasi kerja, sikap terhadap pekerjaan, pengalaman pertama, dst.
Construct sebenarnya bukan hanya merupakan konsep-konsep yang lebih abstrak, melainkan mempunyai makna tambahan yang sengaja diadopsi untuk keperluan ilmiah.
Misalnya, kepuasan sebagai konsep merupakan suatu abstraksi dari pengamatan terhadap fenomena psikologis yang dirasakan oleh seseorang. Perasaan tersebut merupakan respon seseorang terhadap obyek tertentu yang dinyatakan dengan perasaan puas atau tidak puas.
Construct kepuasan kerja merupakan abstraksi dari fenomena psikologis seseorang terhadap pekerjaan yang dapat diamati berdasarkan persepsi yang bersangkutan terhadap berbagai dimensi lingkungan pekerjaan, antara lain: (1) tugas-tugas yang dikerjakan, (2) atasannya, (3) rekan sekerja, (4) kompensasi pekerjaan, (5) promosi karier. Masing-masing dimensi lingkungan pekerjaan tersebut merupakan dimensi-dimensi construct kepuasan yang tersusun menjadi construct yang lebih abstrak yaitu kepuasaan kerja.
Construct sengaja digunakan secara sistematis untuk penelitian ilmiah melalui dua cara (1) mengoperasionalisasikan construct kedalam konsep-konsep yang dapat diamati dan diukur menjadi variabel penelitian, (2) menghubungkan construct yang satu dengan construct yang lain menjadi suatu konstruksi teori. Misalnya, inovatif dan kreatif merupakan bagian dari fungsi kepuasaan kerja dan prestasi kerja.

Beberapa aspek yang mendorong diadakannya suatu penelitian ilmiah:
1. Keinginan tahuan manusia,
2. Permasalahan yang timbul,
3. Ilmu pengetahuan, dan
4. Metode ilmiah.

Ada dua cara yang pernah digunakan oleh para ahli dalam upaya untuk mencari tahu sesuatu pengetahuan yang baru (epistemology) yaitu dengan cara atau pendekatan rasional dan empiris. Kedua pendekatan itu di jelaskan sbb:

1. Pendekatan Rasional
Pendekatan rasional adalah suatu cara untuk mencari tahu pengetahuan yang baru dengan anggapan bahwa segala sesuatu yang ingin diketahui itu ada di dalam pikiran manusia (internal wisdom). Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, menggunakan akal atau rasio untuk menemukan pengetahuan tersebut dari pikirannya. Dengan kata lain, pendekatan rasional dimulai dengan anggapan bahwa pengetahuan dimulai dari suatu gagasan atau pikiran yang didasarkan atas kebijaksanaan yang dimiliki seseorang.
Pendekatan rasional, segala sesuatu yang ingin diketahui itu ada di dalam pikiran manusia/idea (internal wisdom). Salah satu pemikir yang menggunakan pendekatan rasional adalah Aristotle.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan ini dianggap tidak layak dan disanggah oleh beberapa ahli pada masa itu. Di antara para ahli yang mengkritik pendekatan rasional adalah Francis Bacon.
Ketidakmampuan pendekatan rasional dalam memecahkan suatu masalah diilustrasikan oleh ahli filsafat dan ilmuwan Francis Bacon yang diceritakan oleh Mees dan diterjemahkan secara bebas sebagai berikut (Howard, 1985), ilustrasinya sbb:
Pada tahun 1432 timbul pertengkaran di antara para tua-tua tentang jumlah gigi yang ada di mulut seekor kuda. Selama 13 hari pertengkaran terus berlangsung tanpa jalan keluar. Pada hari keempat belas, seorang anak muda yang memiliki maksud yang baik dan polos menyarankan untuk membuka mulut seekor kuda dan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mereka. Tangkap dia karena, kata mereka (orang-orang tua), pasti setan telah menggoda orang muda yang berani orang muda yang berani ini untuk menyatakan cara yang tidak suci dan tidak pernah didengar untuk mencari tahu kebenaran yang berlawanan dengan ajaran-ajaran para pendahulu. (Kountur, 2007:4-5)

2. Pendekatan Empiris.
Pendekatan empiris sudah dimulai kurang lebih tiga ratus tahun lalu dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh Bacon, Locke, dan Hume.
Menurut pendekatan empiris,pengetahuan diperoleh dari hasil pengamatan terhadap fenomena yang terjadi (external process). Jawaban atas suatu permasalahan ada pada obyek (ontology) di mana masalah tersebut berada dan bukan di dalam pikiran seseorang. Apa yang harus kita lakukan adalah mengamati apa yang terjadi dan membuat kesimpulan. Contohnya seperti pada ilustrasi “gigi kuda” di atas, cara yang terbaik adalah mengamati. Buka mulut kuda dan amati (dengan cara menghitung) maka permasalahan berapa jumlah gigi kuda tersebut akan segera terjawab.
Menurut pendekatan empiris, pengetahuan didapatkan atas berbagai fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dan observasi. Salah satu pendekatan empiris adalah metode ilmiah.

Metode Ilmiah

Metode Ilmiah adalah suatu cara memperoleh pengetahuan yang baru atau suatu cara untuk menjawab berbagai permasalahan penelitian yang dilakukan mengikuti kaidah-kaidah Ilmiah (mengikuti langkah-langkah dalam metode Ilmiah). Langkah Ilmiah itu dimulai dari: mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, membuat kesimpulan. Secara umum metode ilmiah dimulai dengan mengidentifikasi masalah, setelah masalah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara atau permasalahan penelitian yang kebenarannya masih perlu diuji. Kebenaran hipotesis ini kemudian diuji dengan cara mengumpulkan data dari obyek yang diteliti, kemudian data tersebut di analisis. Berdasarkan analisis atas data tersebut, dibuat kesimpulan apakah akan menerima atau menolak hipotesis (Kountur, 2007:6-8).
Lankah-langkah Ilmiah dapat digambarkan sbb:

Tugas Akhir Kesarjanaan

Tugas akhir penelitian atau disebut tugas akhir kesarjanaan, biasanya dikenal dalam tiga macam tugas akhir kesarjanaan. Tugas akhir ini dilakukan lewat penelitian ilmiah. Ada tiga macam tugas akhir kesarjanaan yang dilakukan lewat penelitian, yaitu
1. Skripsi
2. tesis dan
3. disertasi

Perbedaan antara Skripsi dan Tesis

Dasar perbedaan Skripsi Tesis Disertasi
Tingkat kesarjanaan Strata 1 (Sarjana) Strata 2 (magister)
Jenis Penelitian Deskriptif (kuantitatif/kualitatif)
Korelasi Deskriptif (kuantitatif/kualitatif)
Korelasi
Eksperimen Strata 3 (doctor)
Deskriptif (kualitatif)
Korelasi
Eksperimen
Aplikasi Terapan Terapan
Pengujian teori
Pengembangan teori Pengembangan teori
Penemuan teori baru
Kerumitan (Banyaknya variabel yang terlibat pada penelitian kuantitatif) Sederhana
(minimum 1 variabel jika deskripstif, atau 2 variabel jika korelasi Kompleks
(minimum 3 variabel) Sangat kompleks
(minimum 5 variabel, disarankan lebih banyak)

Sumber: Ronny Kountur, 2007:13

Variabel Penelitian Pendidikan Agama Kristen

Pengertian variabel dalam konteks Pendidikan Agama Kristen diartikan konsep-konsep disekitar isi PAK yang dapat diukur ketika diteliti secara ilmiah. Dengan kata lain judul skripsi, tesis, disertasi dalam pendidikan Agama Kristen adalah judul (konsep) yang dapat diukur. Misalnya, konsep (judul) Sorga, kerajaan Allah dll adalah konsep yang tidak dapat diukur, tetapi bila dijadikan variabel maka dapat dikur. Sorga dijadikan menjadi “tingkat pemahaman warga gereja tentang Sorga”, Tingkat pemahaman warga jemaat tentang kerajaan Allah” dan seterusnya. Inilah yang disebut variabel penelitian PAK.

Pengertian Variabel Penelitian

Menurut Kountur, variabel adalah bentuk yang dapat diukur dari konsep. Dengan kata lain, variabel adalah konsep yang dapat diukur.
Konsep adalah pengertian abstrak yang digunakan para ilmuwan sebagai komponen dalam membangun proposisi dan teori. Konsep juga dipakai dalam memberikan arti dari sesuatu. Misalnya, konsep tentang “raut muka”, konsep tentang “marah” memberikan arti yang berbeda dengan konsep tentang “bahagia”
Teori adalah system dari proposisi atau teori adalah kumpulan dari proposisi yang saling berkaitan.

Kerangka Konsep

Berbagai teori yang telah dikumpulkan pada landasan teori (bab II) dan telah diuraikan harus dapat menghasilkan beberapa konsep. Hubungan antara berbagai konsep yang didasarkan atas teori tersebut disebut kerangka konsep.
Kerangka konsep adalah gambaran hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Dari berbagai teori yang telah dikumpulkan, akan diperoleh beberapa konsep. Apabila konsep-konsep itu dihubungkan satu sama lain, untuk memberikan suatu gambaran atas suatu fenomena, maka hubungan antara konsep inilah yang disebut dengan istilah kerangka konsep.
Untuk riset ilmu sosial, umumnya kerangka konsep digambarkan dengan menggunakan bagan-bagan yang dihubungkan dengan anak panah. Apabila hubungannya adalah sebab akibat, digunakan anak panah satu arah; sedangkan bila hubungannya adalah korelasi, digunakan anak panah dua arah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa dua konsep saling mempengaruhi (saling menunjukkan sebab akibat), maka yang digunakan adalah dua anak panah satu arah yang masing-masing menunjuk kea rah yang berlawanan.
Mengetahui sesuatu

Penelitian berhubungan dengan usaha mengetahui sesuatu, dan usaha mencari tahu jawaban atas suatu atau beberapa masalah
Ada dua cara yang pernah digunakan oleh para ahli dalam upaya untuk mencari tahu sesuatu pengetahuan yang baru (epistemology) yaitu dengan cara atau pendekatan rasional dan empiris. Kedua pendekatan itu di jelaskan sbb:

1. Pendekatan Rasional
Pendekatan rasional adalah suatu cara untuk mencari tahu pengetahuan yang baru dengan anggapan bahwa segala sesuatu yang ingin diketahui itu ada di dalam pikiran manusia (internal wisdom). Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, menggunakan akal atau rasio untuk menemukan pengetahuan tersebut dari pikirannya. Dengan kata lain, pendekatan rasional dimulai dengan anggapan bahwa pengetahuan dimulai dari suatu gagasan atau pikiran yang didasarkan atas kebijaksanaan yang dimiliki seseorang.
Pendekatan rasional, segala sesuatu yang ingin diketahui itu ada di dalam pikiran manusia/idea (internal wisdom). Salah satu pemikir yang menggunakan pendekatan rasional adalah Aristotle.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan ini dianggap tidak layak dan disanggah oleh beberapa ahli pada masa itu. Di antara para ahli yang mengkritik pendekatan rasional adalah Francis Bacon.
Ketidakmampuan pendekatan rasional dalam memecahkan suatu masalah diilustrasikan oleh ahli filsafat dan ilmuwan Francis Bacon yang diceritakan oleh Mees dan diterjemahkan secara bebas sebagai berikut (Howard, 1985), ilustrasinya sbb:
Pada tahun 1432 timbul pertengkaran di antara para tua-tua tentang jumlah gigi yang ada di mulut seekor kuda. Selama 13 hari pertengkaran terus berlangsung tanpa jalan keluar. Pada hari keempat belas, seorang anak muda yang memiliki maksud yang baik dan polos menyarankan untuk membuka mulut seekor kuda dan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mereka. Tangkap dia karena, kata mereka (orang-orang tua), pasti setan telah menggoda orang muda yang berani orang muda yang berani ini untuk menyatakan cara yang tidak suci dan tidak pernah didengar untuk mencari tahu kebenaran yang berlawanan dengan ajaran-ajaran para pendahulu. (Kountur, 2007:4-5)

2. Pendekatan Empiris.
Pendekatan empiris sudah dimulai kurang lebih tiga ratus tahun lalu dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh Bacon, Locke, dan Hume.
Menurut pendekatan empiris,pengetahuan diperoleh dari hasil pengamatan terhadap fenomena yang terjadi (external process). Jawaban atas suatu permasalahan ada pada obyek (ontology) di mana masalah tersebut berada dan bukan di dalam pikiran seseorang. Apa yang harus kita lakukan adalah mengamati apa yang terjadi dan membuat kesimpulan. Contohnya seperti pada ilustrasi “gigi kuda” di atas, cara yang terbaik adalah mengamati. Buka mulut kuda dan amati (dengan cara menghitung) maka permasalahan berapa jumlah gigi kuda tersebut akan segera terjawab.
Menurut pendekatan empiris, pengetahuan didapatkan atas berbagai fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dan observasi. Salah satu pendekatan empiris adalah metode ilmiah
Metode Ilmiah adalah suatu cara memperoleh pengetahuan yang baru atau suatu cara untuk menjawab berbagai permasalahan penelitian yang dilakukan mengikuti kaidah-kaidah Ilmiah (mengikuti langkah-langkah dalam metode Ilmiah). Langkah Ilmiah itu dimulai dari: mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, membuat kesimpulan. Secara umum metode ilmiah dimulai dengan mengidentifikasi masalah, setelah masalah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara atau permasalahan penelitian yang kebenarannya masih perlu diuji. Kebenaran hipotesis ini kemudian diuji dengan cara mengumpulkan data dari obyek yang diteliti, kemudian data tersebut di analisis. Berdasarkan analisis atas data tersebut, dibuat kesimpulan apakah akan menerima atau menolak hipotesis (Kountur, 2007:6-8).

Motivasi mengetahui sesuatu

Ronny Kountur menyatakan:

Ingin mengetahui sesuatu merupakan salah satu sifat manusia (baca: peneliti). Sifat ingin tahu mendorong manusia (peneliti) untuk berusaha mencari tahu apa yang belum diketahui. Penelitian berhubungan dengan usaha untuk mengetahui sesuatu. Selain itu, penelitian berhubungan pula dengan usaha untuk mencari tahu jawaban atas suatu atau beberapa permasalah (masalah penelitian)


1. Masalah Penelitian dan penetapan variabel penelitian (Bab I Tesis)

Setiap penelitian ilmiah: skripsi, tesis, dan disertasi harus dimulai dengan masalah.
Memahami secara baik, apa yang dimaksud dengan masalah penelitian, akan sangat membantu peneliti dalam memaparkan latar belakang masalah secara jelas dalam bagian latar belakang masalah penelitian.
Sering terjadi bahwa apa yang dipaparkan dalam latar belakang masalah tidak menunjukkan masalah, tetapi pernyataan-pernyataan yang sifatnya bukan masalah, ada pula yang bersifat pernyataan solusi. Oleh karena itu perlu dipahami apa itu masalah penelitian?

1.1. Beberapa definisi tentang masalah penelitian ilmiah

Andreas Subagyo, mengutip pendapat Locke, Spirduso, dan Silverman tentang pengertian masalah penelitian sbb:
 Masalah penelitian adalah pengalaman ketika kita menghadapi situasi yang tidak memuaskan. Situasi itu harus betul-betul tidak memuaskan sehingga diraskan sebagai masalah untuk diteliti secara ilmiah. Pengalaman itu bukan saja pengalaman dalam praktik, melainkan juga dalam mengamati dua teori yang bertentangan .
Sugiyono mendefinisikan:
 Masalah penelitian adalah penyimpangan dari standar keilmuan maupun aturan yang berhubungan dengan obyek penelitian. Penyimpangan itu perlu ditunjukkan dalam data.
Pandangan lain:
 Masalah penelitian adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan
 Malasah penelitian adalah perbedaan antara teori (yang tertulis) dengan praktik (apa yang terjadi/implementasinya)


1.2. Kelayakan masalah penelitian

Menurut Sasmoko, Penelitian harus diawali dengan masalah. Maslah yang diteliti haruslah memenuhi kelayakan atau layak diteliti. Selanjutnya peneliti menguraikan masalah penelitian, yaitu dengan mendemostrasikan penguasaan masalah dengan cara menulis latar belakang masalah.

1.3. Sumber Masalah Penelitian

Sumber mendapatkan masalah penelitian

Andreas Subagyo

 Sumber masalah penelitian bisa didapatkan dengan bertolak dari teori, teologi, atau filsafat. Ada masalah di dalam bidang teologi, biblika, perbandingan agama, psikologi agama, sejarah gereja, pendidikan agama, pelayanan keagamaan dan lain-lain .

Sasmoko
 Sumber masalah penelitian dapat diperoleh melalui: pengalaman (pengalaman peneliti), deduksi teori, hasil penelitian orang lain, sumber dari inspirasi di bidang lain.
 Sumber masalah dari pengalaman. Sumber masalah yang berguna bagi peneliti adalah dari pengalaman peneliti sendiri, baik pengalaman mengajar maupun pelayanan.

2. Variabel Penelitian

Menurut Sasmoko, setiap penelitian selalu memiliki variabel, baik itu penelitian kualitatif maupun kuantitatif.
Bila peneliti merasa tidak memiliki variabel, maka peneliti pada saat itu sedang bingung.
Minimal yang harus dimiliki penelitia adalah variabel terikat (dependent variabel) atau variabel utama penelitian (Y)

Pengertian Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Oleh karena itu, variabel dapat disebut atribut dari seseorang dengan yang lainnya atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya
Tinggi badan, berat badan, motivasi kerja, gaya kepemimpinan, disiplin kerja, etos kerja, kinerja merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut dari obyek. Disebut variabel karena ada variasinya.

Variabel dalam penelitian kualitatif dapat disebut konsep penelitian yang dibangun oleh peneliti berdasar pada suatu teori, sehingga mengandung suatu ciri khas yang dapat diukur atau dapat menunjukkan suatu derajad. Oleh karena itu, dalam membangun hubungan di antara variable/konsep penelitian, peneliti harus mendasarkan diri pada penalaran yang bersumber dari pemikiran sendiri atau terinspirasi oleh teori yang sudah ada
Contoh variabel:
Tinggi badan disebut variabel, karena tinggi badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya.
Kerlinger menyebut variabel adalah construct (konstruk atau bangunan pengertian atau sifat yang akan dipelajari)
Variabel juga disebut sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda. Artinya variabel adalah sesuatu yang bervariasi.
Namun jika ditinjau dari konsepnya, maka atribut adalah berbeda dengan variabel. Atrbut adalah konsep yang memiliki cirri khas yang dikandungnya, sehingga dapat dibedakan. pengertian atau dalam bentuk pernyataan yang telah dibentuk oleh akal peneliti dan telah diberi makna. Konsep ini sering dipergunakan dalam penelitian kualitatif, sehingga setiap peneliti memiliki otoritas dan ketergantungan terhadap teori. Contoh: wanita, Jawa, kaya, dll. Variabel adalah konsep yang mengandung cirri khas yang dapat diukur atau dapat menunjukkan suatu derajat. Contoh: sifat kewanitaan, kejawaan, kekayaan, dll. Disebut variabel, karena mempunyai arah pengukuran nominal, ordinal, interval, atau rasio.
Berdasarkan pengertian di atas, variabel dapat dirumuskan sebagai suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang atau obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari, didalami, dan ditarik kesimpulan.
Di samping variabel berfungsi sebagai pembeda, variabel juga dapat dilihat keterkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Fenomena social dapat dijelaskan dan diramalkan apabila hubungan antar variabel tertentu telah diketahui. Pedomannya untuk mengetahui variabel yang saling berhubungan dari sekian banyak kemungkinan yang terjadi yaitu berdasarkan pengembangan teori atau uraian tentang hakikat teori.

Beberapa contoh variabel
Variabel tipe kendaraan,memiliki atribut:
a. beroda dua
b. beroda tiga
c. beroda empat
Variabel tingkat pendidikan, memiliki atribut:
a. tidak sekolah
b. tidak tamat SD
c. SD
d. SMP
e. SMU
f. PT
Variabel Warna memiliki atribut:
a. merah
b.putih
c. biru
d. kuning dst.
Variabel status perkawinan memiliki atribut:
a. belum kawin
b. kawin
c. janda
d. duda
e.pisah
f. kebo
g. kawin saksi
h. kawin teplok
i. kawin suri
j. kawin gantung
k. kawin di bawah tangan
l. hasil cloning
m. inseminasi buatan
Dalam penyusunan kuesioner dan juga analisis data, atribut suatu variabel perlu diketahui secara lengkap. Dengan atribut-atribut tersebut, peneliti akan lebih mampu memperdalam temuannya.

3. Konstruk/bangunan pengertian Variabel yang diteliti

Konstruk atau bangunan pengertian adalah definisi peneliti yang terinspirasi berdasarkan kajian teoritis-teologis terhadap variabel yang ditelitinya. Dengan kata lain setelah kajian teori atas variabel penelitian (Y) dan (X) disusun dengan baik, maka yang harus dilakukan peneliti adalah menutup uraian teori pervariabel tersebut dengan suatu construct atau bangunan pengertian atau konsep yang dipergunakan dalam penelitian. Atau di akhir uraian setiap variabel harus disimpulkan sebuah definisi konseptual yang akan dipakai di dalam penelitian.
Construct merupakan pendapat peneliti tentang variabel tersebut, di mana maknanya akan dipergunakan sebagai landasan dalam penelitian. Construct lahir karena peneliti terinspirasi dari berbagai teori atau kajian yang disusunnya. Penempatan construct adalah pada alinea terakhir dari setiap kajian teori per variabel (hakikat variabel).
Isi yang terkandung dalam construct antara lain: definisi konseptual; dimensi; dan indikator

4. Nama-nama Variabel

Ada banyak nama variabel, tetapi yang dikemukakan disini hanya 3 variabel (yang lain dapat dipelajari dalam buku Prof. Dr. Sasmok, Metode Penelitian, hlm. 26-31)

Nama 3 variabel yang dimaksud sbb:

4.1. Variabel bebas (independent variable): sering disebut variabel stimulus, predictor, anteceden, atau juga independent variable. Variabel ini adalah variabel yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Y)
4.2. Variabel Terikat (dependent variable): sering disebut variable output, criteria, konsekuen, atau dependent variable. Variabel ini adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
4.3. Variabel Moderator adalahvariabel yang berfungsi melakukan kategorisasi dalam melakukan analisis perbedaan dari variabel bebas atau terikat
Contoh:
Kasus: suatu pusat pendidikan dan litihan sepak bola melakukan latihan dengan tehnik tertentu antara kelompok pria dan wanita. Pelatih kedua kelompok; bola yang digunakan; lapangan tempat latihan; kostum yang dipakai; tempat tidur; waktu istirahat malam; sabun mandi; dan menu makanan adalah sama.
Variabel bebas: tehnik latihan sepakbola
Variabel terikat: prestasi permainan
Rumusan masalah: apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi permainan sepakbola
Setelah dilakukan analisis: ternyata kelompok pria prestasinya lebih baik disbanding kelompok wanita
Mengapa demikian? Karena ada variabel moderatornya yaitu jenis kelamin. Jenis kelamin inilah yang memperlemah hubungan variabel bebas dengan terikat.


Kajian Teoritis-Teologis Variabel Penelitian dalam PAK
(Bab II Tesis)

Pengertian teori
Dalam bab II, biasanya dilakukan pembahasan yang berhubungan dengan topic atau variable penelitian. Dengan kata lain, judul dibahas secara tuntas dengan didukung oleh teori-teori yang relevan.
Mari kita memperhatikan penjelasan para ahli tentang teori. Menurut Kerlinger dalam Nur Indrianto dan Bambang Supomo menyatakan: teori adalah suatu kumpulan construct (bangunan pengertian) atau konsep (concepts), definisi (definitions), dan proposisi (proposition) yang menggambarkan fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antar variabel dengan tujuan untuk menjelaskan (memprediksi) fenomena alam. Dalam definisi ini diungkap tiga pokok dalam sebuah teori, yaitu:
a. Elemen teori terdiri atas: construct, konsep, definisi dan proposisi
b. Elemen-elemen teori memberikan gambaran sistematis mengenai fenomena mealui penentuan
hubungan antar variabel
c. Tujuan teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena alam

Konsep-konsep (concepts) atau construct keduanya merupakan elemen-elemen teori. Konsep dan construct mudah dikacaukan, karena keduanya memiliki pengertian yang mirip. Istilah construct menurut kanus juga berarti konsep. Akan tetapi untuk keperluan penelitian maka dua istilah ini dibedakan. Construct penelitian merupakan dasar pemikiran peneliti yang kemudian dikomunikasikan kepada orang lain. Peneliti perlu merumuskan konsep atau construct penelitian dengan baik agar hasilnya dapat dimengerti oleh orang lain dan memungkinkan untuk direplikasi atau diekstensi oleh peneliti yang lain. Misalnya, penelitian yang menguji “apakah kemampuan berkomunikasi mempunyai pengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa IKSM SA”. Agar dapat dinyatakan dalam rumusan masalah penelitian yang jelas (tidak ambiguitas) dan merupakan hipotesis yang dapat diuji melalui pengumpulan dan analisis data, perlu kejelasan: apa yang dimaksud dengan “kemampuan komunikasi”? prestasi akademik yang mana? Siapa yang dimaksud sebagai mahasiswa? Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan konsep dan construct penelitian” (definisi konseptual dari variabel penelitian).
Konsep mengekspresikan suatu abstraksi yang terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan terhadap fenomena-fenomena. Konsep merupakan abstraksi dari realitas yang tersusun dengan mengklasifikasikan fenomena-fenomena (antara lain berupa: objek, kejadian, atribut, atau proses) yang memiliki kesamaan karakteristik. Misalnya prestasi akademik merupakan konsep yang mengekspresikan abstraksi dari kemampuan belajar mahasiswa antara lain dalam: mengerjakan bahasa Ibrani, menyusun laporan keuangan gereja, membuat bagan dll. Bobot adalah konsep yang menyatakan abstraksi dari suatu benda yang mempunyai karakteristik berat atau ringan. Jadi ada banyak konsep: tanah, gedung, peralatan, kendaraan, aktiva tetap, kepuasan kerja, motivasi kerja, sikap terhadap pekerjaan, pengalaman pertama, dst.
Construct sebenarnya bukan hanya merupakan konsep-konsep yang lebih abstrak, melainkan mempunyai makna tambahan yang sengaja diadopsi untuk keperluan ilmiah.
Misalnya, kepuasan sebagai konsep merupakan suatu abstraksi dari pengamatan terhadap fenomena psikologis yang dirasakan oleh seseorang. Perasaan tersebut merupakan respon seseorang terhadap obyek tertentu yang dinyatakan dengan perasaan puas atau tidak puas.
Construct kepuasan kerja merupakan abstraksi dari fenomena psikologis seseorang terhadap pekerjaan yang dapat diamati berdasarkan persepsi yang bersangkutan terhadap berbagai dimensi lingkungan pekerjaan, antara lain: (1) tugas-tugas yang dikerjakan, (2) atasannya, (3) rekan sekerja, (4) kompensasi pekerjaan, (5) promosi karier. Masing-masing dimensi lingkungan pekerjaan tersebut merupakan dimensi-dimensi construct kepuasan yang tersusun menjadi construct yang lebih abstrak yaitu kepuasaan kerja.
Construct sengaja digunakan secara sistematis untuk penelitian ilmiah melalui dua cara (1) mengoperasionalisasikan construct kedalam konsep-konsep yang dapat diamati dan diukur menjadi variabel penelitian, (2) menghubungkan construct yang satu dengan construct yang lain menjadi suatu konstruksi teori. Misalnya, inovatif dan kreatif merupakan bagian dari fungsi kepuasaan kerja dan prestasi kerja.

Senin, 11 April 2016

Life Style Laki-laki Sesuai Zaman


Laki-laki selalu mengikuti trend modern. Silakan hiasi life Style Anda sebagai laki-laki dengan kasut kulit terbaik. Kita belanja sesuai kebutuhan. Tetapi belilah yang bermutu supaya bertahan dalam beberapa waktu. Paling tidak kita bisa berhemat. Biasanya sepatu kulit sangat cocok di kaki laki-laki dunia maupun laki-laki Indonesia. Memang ada banyak penawaran tentang sepatu tetapi Anda lihat sendiri kualitas sepatu yang satu ini.Tentu dari tampilannya saja nampak kualitas. Apa itu Kualitas? salah satu jawabannya yakni sesuai kebutuhan pemakai, ada pula yang menyatakan produk berkualitas adalah produk yang memiliki daya tahan. Silakan beli dan rasakan bagaimana memakai sepatu morelo.

Menjadi Publisher Accesstrade Indonesia


Mendaftar jadi publisher berdasarkan pengalaman saya tidak terlalu sulit dan memakan waktu lama (misalnya 1 Minggu atau 24 Jam). Tetapi pengalaman yang saya sampaikan disini tidak boleh dijadikan sebagai standar untuk pengalaman Anda. Hal ini bergantung pada jumlah pengunjung yang ada pada blog. Bila jumlah pengunjungnya banyak seperti pengalaman saya, 1 blog jumlah pengunjungnya di atas 100 ribu pengunjung, sedangkan yang satunya 26 ribu pengunjung. Kemudian tanggal 11 April 2016 pukul 06.59 saya mendaftar blog yang ketiga (blog yang sedang Anda baca) dikunjungi team Accesstrade dan ketika malam hari setelah pulang dari kantor kemudian saya membuka email, ternyata ada info dari accesstrade yang terkirim pukul 11.18 yang isinya menyatakan: bahwa permohonan saya disetujui dan saya diperkenankan untuk menjadi publisher. Melalui kegiatan publisher ini siapa tahu bisa mendukung aktivitasku dalam ngeblog bahan-bahan yang berguna. Membuat postingan dan mengirim postingan melalui media blog seperti Blogspot memang sebagian gratis (Free) tetapi sebagiannya kita harus bayar. Yang Free adalah domain dan hosting blogspot yang kita pakai, sedangkan koneksi internet (saya memakai paket Indihome perbulan hampir Rp 400.000 an atau sekitar Rp 378.000, biaya listrik dll. Semuanya memerlukan biaya. Bila saya berada di luar rumah maka saya memakai Modem dengan memakai kartu XL dengan isi pulsa antara Rp 25.000 sampai Rp 50.000,00 tetapi kalau utak atik blog di Laptop maka pulsanya cepat habis, jadi saya pakai untuk bagian-bagian sepertlunya.). Itulah sebabnya maka saya berjuang menjadi publisher disamping tetap menekuni menulis dan mempublikasi tulisan secara online melalui blogspot secara Free. Saya tidak malu menggunakan yang free seperti Blogspot. Blogspot begitu mudah untuk kita posting dan menata untuk kepentingan ekonomis seperti menjadi publisher. Kegiatan “publisher” sebenarnya sudah saya mulai tahun 2010 tetapi masih terbatas pada CPC (Cost Per Click), tetapi hanya berlangsung tidak lama, pernah sekali dapat yaitu sebesar Rp 10.000 dari penyedia layanan publisher pasang.com. Sedangkan kegiatan yang lain yaitu menjadi Reseller tetapi tidak fulltime. Kegiatan menjadi “publisher di Blog” saya mulai gumuli secara serius pada awal tahun 2016. Memasuki tahun 2016 saya mendaftar ke Lazada dan diterima untuk menjadi affiliate (kerjanya mereview produk dan mempublikasi), kemudian saya mendaftar ke KlikSaya.com, BlogSaya.Com, IklanBloger.com, Adsensecamp. Usaha di atas tetap saya lanjutkan dengan mencari informasi atau mengadakan semacam penelitian online dengan mengunjungi Google untuk mencari publisher ternyata saya ketemu sebuah layanan dari website yang menyediakan program advertiser dan publisher, namanya yakni: ACCESSTRADE INDONESIA. Setelah saya membuka website Accesstrade ternyata saya temukan banyak produk yang dapat bermitra dengan para blogger atau pemilik website untuk menjadi Publisher maupun advertiser. Kebetulan saya memilih Publisher. Pilihan saya juga disebabkan karena permonan di Google Adsense masih ditolak, tetapi ketika saya ketemu Accesstrade sayapun senang karena kita bisa menjadi publisher dengan memilih CPA (Cost Per Action). Maksudnya kita dapat rejeki ketika ada yang membelinya. Pengalaman di dua blog saya yang lain, sudah ada hasilnya. Saya sedang menunggu kalau sampai pada nominal yang diperkenankan maka saya akan meminta Accesstrade untuk mentransfer ke Rekening saya. Paling tidak membayar biaya koneksi internet dan jika rejekinya lebih besar maka Puji Tuhan. Rasul Paulus bersemangat untuk melayani tetapi rasul Paulus juga bekerja menjadi tukang kemah untuk mendukung biaya kehidupan dan pelayanannya. Paulus mendapat topangan biaya secara mujizad (secara tiba-tiba menerima pemberian dari orang-orang yang hendak memberi harta mereka dalam mendukung pelayananan) tetapi Paulus juga secara alamiah bekerja mendapat rejeki. Itulah sebabnya saya melakukan ini. Tetap bersemangat melakukan pelayanan mengajar bidang teologi dan Pendidikan Kristen (Swasta), sambil berjuang untuk mendapatkan rejeki. Tuhan memberi pikiran, dan Tuhan juga telah berkarya dan terus berkarya dalam sejarah perkembangan teknologi maka saya mencoba memanfaatkan teknologi itu. Dalam kehendak-Nya saya menemukan sebuah program “Publisher” terbaik di Indonesia. Ayo silakan bergabung di Accesstrade Indonesia. Silakan Anda mendaftar jadi PUBLISHER ACCESSTRADE dengan cara Klik Disini:

Submit blog